WNI Terinfeksi Kusta di Rumania, Otoritas Kesehatan Tegaskan Risiko Penularan Rendah
Riau12.com-Jakarta– Kasus kusta kembali mencuri perhatian publik internasional setelah otoritas kesehatan Rumania melaporkan infeksi yang melibatkan seorang warga negara Indonesia (WNI). Temuan ini menjadi kasus pertama kusta di Rumania dalam lebih dari empat dekade, sekaligus menegaskan bahwa penyakit infeksi kronis ini masih menjadi isu kesehatan global.
Penderita dilaporkan awalnya mengalami keluhan pada kulit sebelum akhirnya mendapatkan diagnosis medis. Otoritas kesehatan Rumania menegaskan risiko penularan kepada masyarakat umum sangat rendah, karena kusta membutuhkan kontak erat dalam jangka waktu lama untuk menular. Penanganan medis telah dilakukan sesuai prosedur, termasuk penelusuran kontak dekat untuk mencegah kemungkinan penyebaran lebih lanjut.
Kasus ini juga mencerminkan dampak meningkatnya mobilitas penduduk antarnegara, yang memungkinkan penyakit menular kronis seperti kusta muncul di wilayah baru.
Apa Itu Kusta?
Kusta, atau lepra/Hansen’s disease, adalah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae dan Mycobacterium lepromatosi. Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, mata, dan selaput lendir saluran pernapasan bagian atas. Meskipun sudah dikenal luas dan pengobatan tersedia, kusta tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat global. Penyakit ini bukan kutukan dan dapat disembuhkan, meski masih ada stigma di beberapa masyarakat.
Penyebab dan Penularan
Bakteri penyebab kusta berkembang sangat lambat dalam tubuh manusia, dengan masa inkubasi bertahun-tahun hingga puluhan tahun. Penularan terjadi melalui percikan cairan dari hidung atau mulut penderita yang belum menjalani pengobatan, terutama saat batuk, bersin, atau berbicara. Kontak singkat seperti berjabat tangan atau duduk berdekatan tidak menularkan penyakit. Penderita yang menjalani pengobatan rutin tidak lagi menularkan kusta.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Gejala kusta berkembang perlahan dan sering tidak disadari, antara lain:
* Bercak kulit pucat atau kemerahan disertai penurunan sensasi.
* Mati rasa, kesemutan, atau nyeri akibat kerusakan saraf.
* Kelemahan otot, terutama di tangan dan kaki.
* Kulit kering, menebal, atau timbul luka sulit sembuh.
* Gangguan pada mata, seperti mata kering atau penurunan penglihatan.
Jika tidak ditangani sejak dini, kusta dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen dan kecacatan fisik.
Diagnosis dan Penanganan
Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan klinis, dengan observasi gejala kulit dan saraf. Tes laboratorium atau biopsi kulit dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis. Kabar baiknya, kusta dapat disembuhkan sepenuhnya melalui terapi kombinasi atau multidrug therapy (MDT) yang direkomendasikan WHO. Lama pengobatan tergantung tingkat keparahan, mulai dari enam bulan untuk kasus ringan hingga satu tahun atau lebih untuk kasus berat.
Pengobatan rutin menghentikan perkembangan bakteri, mencegah komplikasi, dan memutus rantai penularan.
Pencegahan dan Edukasi
Pencegahan fokus pada deteksi dini, pengobatan cepat, dan pemantauan kontak erat penderita. Edukasi masyarakat sangat penting untuk menghilangkan stigma dan mendorong penderita mencari pengobatan sedini mungkin.
Kusta dalam Perspektif Global
Meski jumlah kasus global menurun, penyakit ini masih ditemukan di lebih dari 100 negara, terutama di wilayah dengan akses layanan kesehatan terbatas. Mobilitas penduduk antarnegara memungkinkan kusta muncul di wilayah yang sebelumnya jarang melaporkan kasus, seperti Rumania. Selain dampak kesehatan, kusta juga menimbulkan beban sosial akibat diskriminasi, yang dapat menunda diagnosis dan pengobatan.
Kasus WNI di Rumania menjadi pengingat bahwa kusta tetap menjadi tantangan kesehatan global. Penyebaran informasi akurat berbasis medis sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang inklusif bagi penderita dan penyintas kusta.
Komentar Anda :