Bendera Putih Berkibar di Aceh, Warga Terdampak Banjir dan Longsor Serukan Bantuan Darurat
Riau12.com-Banda Aceh – Bendera putih berkibar di pinggir jalan lintas nasional Banda Aceh–Medan. Bukan sebagai penanda konflik, melainkan simbol keputusasaan warga yang terdampak banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah wilayah Aceh. Fenomena ini memantik perhatian publik dan menimbulkan berbagai tafsir, hingga akhirnya mendapat respons dari Gubernur Aceh dan Menteri Sosial.
Dalam beberapa hari terakhir, bendera putih terlihat terpasang di berbagai titik, mulai dari Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, hingga Aceh Utara. Warga terdampak bencana mengaku sudah tidak sanggup lagi bertahan di tengah keterbatasan bantuan dan akses yang terputus.
"Kami sekarang menyerah dan tak sanggup lagi dan butuh bantuan," ujar Bakhtiar, warga Perlak, Aceh Timur, Minggu, 14 Desember 2025.
Banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi sejak akhir November 2025 meninggalkan luka mendalam. Ribuan warga kehilangan tempat tinggal, akses logistik tersendat, dan sebagian wilayah masih terisolasi hingga memasuki pekan ketiga pascabencana.
Menanggapi ramainya pengibaran bendera putih, Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem mengaku belum mengetahui secara pasti maksud di balik aksi tersebut. Ia menyebut belum menerima laporan resmi terkait fenomena itu.
"Saya tidak terkopi itu, apa maksud mereka? Yang itu di luar jangkauan kita," kata Mualem usai menerima bantuan kemanusiaan dari Menteri Sosial di Kantor Gubernur Aceh, Selasa, 16 Desember 2025.
Mualem menegaskan pengibaran bendera putih bukan bagian dari kebijakan atau arahan pemerintah daerah. Ia juga mempertanyakan siapa pihak yang menginisiasi aksi tersebut.
"Siapa yang perintah itu, apa maksudnya itu?" katanya. Ia menambahkan bahwa posisi Aceh tetap berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Kita sudah jelas, kan Aceh dalam NKRI," tegasnya.
Sementara itu, Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul memandang fenomena bendera putih sebagai ekspresi kelelahan warga di tengah situasi darurat. Ia menyampaikan optimisme bahwa bencana di Aceh masih dapat ditangani bersama.
"Saya percaya Pak Gubernur masih cukup kuat," kata Gus Ipul di sela penyerahan bantuan kemanusiaan di Aceh, Selasa, 16 Desember 2025.
Menurutnya, pemerintah daerah telah bekerja keras dengan dukungan pemerintah pusat. Ia mengajak seluruh pihak untuk bergandeng tangan menghadapi situasi sulit tersebut.
"Insyaallah lah. Mari kita atasi bersama-sama," ujarnya. Gus Ipul juga menoleh ke arah Mualem yang berdiri di dekatnya dan menambahkan, "Semestinya kita bisa atasi ya, Pak Gubernur ya, bersama-sama."
Ia memuji kerja para kepala daerah yang dinilainya tidak mengenal waktu dalam menangani dampak bencana. "Pak Gubernur siang malam juga bekerja, Pak Bupati, Wali Kota juga bekerja, yang lain juga sedang bekerja," ucapnya.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan Aceh menjadi salah satu provinsi dengan dampak terparah. Hingga Rabu, 17 Desember 2025, tercatat 449 orang meninggal dunia dan 21 orang masih dinyatakan hilang. Secara keseluruhan, korban jiwa akibat bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat mencapai 1.059 orang, dengan 192 orang masih dalam pencarian.
Di tengah angka-angka tersebut, bendera putih yang berkibar di pinggir jalan menjadi simbol yang berbicara lantang. Bagi warga, kain putih itu bukan sekadar tanda menyerah, tetapi juga seruan agar penderitaan mereka tidak luput dari perhatian pemerintah dan masyarakat luas.
Komentar Anda :