Penurunan Harga Minyak Global Dipicu Produksi Irak dan Ketidakpastian Diplomasi Rusia-Ukraina
Riau12.com-Harga minyak dunia kembali melanjutkan tren penurunan, dipicu kombinasi faktor geopolitik, ekonomi, dan kelebihan pasokan global. Dikutip dari Reuters, Rabu (10/12/2025), minyak Brent ditutup turun 55 sen menjadi 61,94 dolar AS per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) melemah 63 sen ke posisi 58,25 dolar AS per barel.
Penurunan ini memperpanjang pelemahan sehari sebelumnya, ketika kedua acuan minyak merosot lebih dari satu dolar AS. Salah satu faktor utama adalah meningkatnya produksi minyak Irak di ladang West Qurna 2 milik Lukoil, yang termasuk salah satu ladang minyak terbesar di dunia.
Selain faktor pasokan, dinamika geopolitik turut menekan pasar minyak. Sinyal positif muncul setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, berdialog dengan pemimpin AS, Inggris, Prancis, dan Jerman. Jika tercapai kesepakatan damai, sanksi internasional terhadap perusahaan energi Rusia bisa dicabut, membuka pasokan baru ke pasar global. Meski demikian, sebagian analis menilai situasinya masih penuh ketidakpastian.
"Banyak yang merasa Rusia belum serius soal perjanjian damai dan hanya ‘membeli waktu’," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.
Tekanan harga juga datang dari melimpahnya pasokan minyak di laut, dengan volume kargo minyak mengapung bertambah sekitar 2,5 juta barel per hari sejak pertengahan Agustus. Analis komoditas SEB, Bjarne Schieldrop, menilai satu-satunya alasan harga Brent belum turun lebih dalam adalah sanksi AS terhadap Rosneft dan Lukoil.
Ke depan, perhatian pelaku pasar tertuju pada laporan bulanan Badan Energi Internasional (IEA) yang akan dirilis pada 11 Desember. Laporan sebelumnya memperkirakan surplus besar minyak pada 2026. Jika proyeksi ini kembali ditegaskan, analis OANDA, Kelvin Wong, menilai harga WTI berpotensi turun menuju 56,80–57,50 dolar AS per barel.
Data persediaan minyak Amerika Serikat juga akan menjadi indikator penting. American Petroleum Institute (API) melaporkan stok minyak mentah turun 4,78 juta barel dalam sepekan terakhir, sementara persediaan bensin dan distilat justru naik. Angka resmi dari Energy Information Administration (EIA) dijadwalkan keluar hari ini.
Selain itu, pasar menunggu keputusan The Fed terkait kebijakan suku bunga. Saat ini, investor memperkirakan peluang 87 persen bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga sebesar 0,25 persen. Penurunan suku bunga biasanya dapat mendongkrak permintaan minyak, meski beberapa analis menilai dampaknya tidak akan langsung terasa dalam waktu dekat.
Dengan kombinasi faktor geopolitik, pasokan melimpah, dan ketidakpastian ekonomi global, harga minyak diperkirakan tetap berfluktuasi dalam beberapa hari mendatang.
Komentar Anda :