Prof. Brian Yuliarto, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB periode 2025-2030, menggantikan Soemantri Brodjonegoro dalam kabinet. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di ITB pada 1999 sebelum melanjutkan studi S2 dan S3 di University of Tokyo, Jepang. Karier akademis dan risetnya terus menanjak dengan lebih dari 329 artikel ilmiah yang terindeks Scopus dan telah disitasi sebanyak 5.618 kali.

Beberapa proyek risetnya yang terkenal meliputi pengembangan biosensor plasmonik berbasis mesoporos emas untuk deteksi penyakit menular dan fabrikasi material nano berporositas tinggi untuk aplikasi biosensor pada 2021. Pada 2024, ia dianugerahi Habibie Prize dalam kategori Ilmu Rekayasa atas kontribusinya dalam rekayasa nanomaterial. Terobosannya mencakup pengembangan sensor untuk gas berbahaya, polutan, serta alat diagnosis penyakit seperti demam berdarah, hepatitis, kanker, dan bakteri patogen.

Selain sebagai ilmuwan, Prof. Brian aktif dalam organisasi masyarakat. Ia menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Cibeunying Kaler Bandung dan Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat. Ia tidak hanya diakui di dalam negeri, tetapi juga di tingkat global. Pada 2023, ia dinobatkan sebagai peneliti top 1 Indonesia dalam bidang nanoscience and nanotechnology. Pada 2024, ia masuk dalam daftar World’s Top 2% Scientist versi Stanford University.

Ia juga meraih berbagai penghargaan seperti Peneliti Terbaik ITB 2021 dan Dosen Berprestasi Saintek ITB 2017. Prof. Brian pernah menjadi anggota Komite Perencana Bappeda Jawa Barat periode 2012-2016 dan telah memberikan lebih dari 20 konsultasi serta layanan kepakaran di berbagai institusi. Dengan rekam jejak akademik dan riset yang solid, diharapkan Prof. Brian Yuliarto mampu membawa kemajuan signifikan dalam bidang pendidikan tinggi, sains, dan teknologi di Indonesia.(***)

Sumber: Goriau