Dengan tema "Peran Gen Z dalam Kemajuan Islam”, kuliah umum ini mengupas peran strategis generasi muda dalam membentuk wajah peradaban Islam di era digital.

Acara berlangsung di Auditorium Lantai IV Gedung Rektorat UIR dan turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Kepala Kanwil Kemenag Riau Dr Muliardi, MPd, jajaran Dewan Pembina dan Pengurus Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Riau, para Wakil Rektor, serta pimpinan fakultas di lingkungan UIR.

Menag Nasaruddin Umar, yang juga menjadi menteri dari Kabinet Merah Putih pertama yang menginjakkan kaki di kampus UIR, menyampaikan bahwa Generasi Z — mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 — memiliki karakteristik unik. Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z lebih cepat beradaptasi dengan teknologi dan justru sering menjadi “guru” bagi orang tuanya dalam hal penggunaan teknologi.

“Sekarang ini kita sering melihat orang tua yang belajar internet dari anak-anaknya. Ini membuktikan bahwa Gen Z adalah generasi penakluk IT,” ujarnya disambut antusias mahasiswa.

Namun, di tengah kemudahan akses informasi dan kebebasan belajar mandiri, Prof. Nasaruddin mengingatkan agar Gen Z tidak terjebak dalam arus pragmatisme yang meninggalkan nilai-nilai spiritual. Ia mengajak mahasiswa untuk menyeimbangkan antara zikir dan fikir, antara iqra dan bismillah.

“IPK tinggi itu penting, tapi lebih penting lagi menjadikan sajadah sebagai laboratorium belajar. Seimbang antara ilmu dan iman adalah kunci,” pesan beliau yang disambut tepuk tangan hadirin.

Tak hanya kepada mahasiswa, Prof Nasaruddin juga menitipkan pesan khusus kepada para dosen. Menurutnya, seorang ilmuwan sejati adalah mereka yang tidak hanya mengantarkan mahasiswanya kepada kecerdasan intelektual, tetapi juga pada kedekatan spiritual dengan Sang Pencipta.

"UIR harus menjadi pusat lahirnya generasi cerdas yang arif. Orang pintar belum tentu arif, tapi orang arif pasti pintar,” tuturnya menutup sesi kuliah umum.

Kehadiran Menteri Agama RI di UIR ini menjadi momen penting yang tidak hanya memotivasi civitas akademika, namun juga menegaskan pentingnya pendidikan holistik yang menjawab tantangan zaman tanpa meninggalkan akar spiritualitas Islam. (***)

Sumber: Halloriau