Pelajaran dari Surah al-Fajr: Kejayaan Kaum Ad, Tsamud, dan Firaun Tak Selamatkan Mereka dari Azab
Riau12.com-JAKARTA – Dalam Surah al-Fajr, Allah SWT memberikan pelajaran berharga melalui kisah tiga kaum terdahulu yang pernah merasakan pedihnya azab. Tiga suku bangsa tersebut adalah kaum Ad, Tsamud, dan Firaun.
Keistimewaan kaum-kaum ini bukan terletak pada keimanan mereka, melainkan pada pencapaian materiil yang luar biasa. Kaum Ad, yang bermukim di Iram, dikenal pandai membangun bangunan tinggi yang dapat disebut sebagai “pencakar langit” pada masa itu. Dalam Alquran, disebutkan, “Iromadzaatil ‘imaad” (QS al-Fajr: 7), yang menegaskan kemampuan arsitektur mereka.
Sementara kaum Tsamud terkenal karena kemampuan mereka mengukir dan memanfaatkan batu cadas menjadi bangunan indah. Allah berfirman, “Wa tsamudalladziina jaabush shokhro bilwaad” (QS al-Fajr: 8), yang berarti kaum Tsamud memotong batu-batu besar di lembah untuk membangun istana dan rumah.
Kaum Firaun juga digambarkan telah membangun piramid, kuil, dan bangunan megah dengan tiang-tiang yang menjulang tinggi. Firman Allah, “Wa fir’auna dzil autaad” (QS al-Fajr: 9), menegaskan kemegahan yang mereka capai.
Meskipun Allah menyinggung keberhasilan materiil mereka, penyebutan itu bukan untuk membanggakannya. Allah menegaskan bahwa kemuliaan suatu kaum tidak diukur dari harta atau kemegahan dunia, tetapi dari keimanan dan ketakwaan. “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa” (QS al-Hujurat: 13).
Menurut Nabi Muhammad SAW, generasi terbaik adalah generasi sahabat, diikuti oleh tabi’in dan tabi’it tabi’in. Kualitas mereka terletak pada ketakwaan dan keimanan yang nyaris sempurna.
Azab yang menimpa kaum Ad, Tsamud, dan Firaun terjadi karena perbuatan mereka sendiri. Mereka mengingkari risalah Allah dan melampaui batas dalam bertindak. Allah berfirman, “Yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri” (QS al-Fajr: 11). Kata thagha menunjukkan tindakan melampaui batas, dan ayat berikutnya menegaskan, “Lalu banyak berbuat kerusakan di dalamnya (negeri itu).”
Kerusakan yang mereka lakukan mencakup berbagai bentuk, termasuk kezaliman, harta haram, dan dosa yang merajalela. Dalam kondisi itu, Allah menurunkan azab-Nya: “Fashabba ‘alaihim rabbuka sautha ‘adzaab.” Namun, jangan dikira Allah lalai; Dia selalu mengawasi setiap perbuatan manusia, sebagaimana firman-Nya, “Inna rabbaka labil mirshaad” – Tuhanmu benar-benar mengawasi.
Kisah ini menjadi pengingat bagi umat manusia bahwa kemegahan materi tanpa keimanan dan ketakwaan tidak berarti apa-apa. Allah SWT senantiasa mengintai perbuatan manusia dan memberikan peringatan melalui sejarah umat terdahulu.
Komentar Anda :