Kisah Abu Thalhah al-Anshari: Sahabat Nabi yang Gugur di Laut dan Jasadnya Tetap Utuh Selama Tujuh Hari
Riau12.com-JAKARTA – Abu Thalhah al-Anshari, atau Zaid bin Sahl al-Anshari al-Khazraji, dikenal sebagai salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki keberanian, keteguhan iman, dan pengabdian luar biasa kepada Islam. Kisah hidupnya menjadi teladan abadi bagi umat muslim, terutama dalam hal keberanian dan kesetiaan terhadap Rasulullah.
Lahir dari keluarga terpandang di kalangan Anshar, Abu Thalhah tumbuh sebagai pribadi dermawan dan disegani. Ibunya, Ubadah binti Malik, dikenal sebagai perempuan yang memiliki kedudukan baik di masyarakat, sehingga membentuk karakter Abu Thalhah menjadi sosok yang tegas dan berani. Keberaniannya membuatnya selalu berada di garis depan ketika Rasulullah membutuhkan perlindungan.
Dalam buku Kisah Teladan 20 Sahabat Nabi karya Hamid Ahmad Ath-Thahir dijelaskan bahwa Abu Thalhah merupakan pengawal setia Rasulullah. Ia berdiri mendampingi Nabi dalam berbagai peristiwa besar sepanjang sejarah perjuangan Islam. Sikap itu menjadikannya salah satu sahabat yang mendapat kepercayaan besar dari Rasulullah.
Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Thalhah menjalani sisa hidupnya dengan ibadah yang ia cintai, yakni jihad dan puasa. Ia dikenal menjalankan puasa Dahr, yaitu puasa hampir setiap hari kecuali pada waktu-waktu yang dilarang syariat. Bahkan orang-orang sezamannya mencatat bahwa sejak wafatnya Nabi, Abu Thalhah hampir tidak pernah berbuka, kecuali saat sakit atau bepergian jauh. Amalan ini ia jalankan hingga usia senja.
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, dibentuk armada laut Islam untuk menghadapi Romawi. Meski telah berusia lanjut, Abu Thalhah tanpa ragu turut serta. Anaknya sempat memintanya beristirahat mengingat usia yang tak lagi muda, namun Abu Thalhah menolak dan mengutip firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 41: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan maupun berat…”
Semangat itu menunjukkan bahwa kecintaannya pada perjuangan di jalan Allah tidak pernah pudar. Ia tetap memilih mengabdikan sisa umurnya dalam jihad.
Dalam perjalanan laut menuju wilayah musuh, Abu Thalhah wafat sebelum armada mencapai tujuan. Pasukan muslim kemudian berusaha mencari tempat pemakaman, namun selama tujuh hari perjalanan di lautan tidak ditemukan satu pun pulau. Yang mengejutkan, meski tujuh hari berlalu, jasad Abu Thalhah tidak menunjukkan tanda-tanda pembusukan. Tubuhnya tetap utuh, seakan tengah tertidur, hingga akhirnya pasukan menemukan pulau untuk memakamkannya.
Peristiwa tersebut dianggap para ulama sebagai tanda kemuliaan amal dan kedudukan tinggi Abu Thalhah di sisi Allah. Kisah hidupnya menjadi pengingat bahwa amalan yang dijalankan dengan ikhlas akan meninggalkan jejak kebaikan yang abadi, bahkan setelah seseorang tiada.
Keteguhan iman, keberanian, dan pengorbanan Abu Thalhah al-Anshari terus menjadi inspirasi bagi generasi muslim hingga hari ini.
Komentar Anda :